Pemberontak atau rebellion seringkali diidentikkan dengan teroris, terorisme, dan aksi teror. Bahkan, seringkali para pemberontak di-cap sebagai orang jahat yang ingin merusak tatanan suatu negara atau komunitas. Media-media memborbardir masyarakat dengan stigma negatif yang terus dilekatkan dengan pemberontak.
Contohnya kasus Munir, seorang aktivis dan pemberontak, yang selalu dikecam atas aksinya yang berani, bahkan akhir hidupnya harus berada di tangan seorang Pollycarpus, seorang yang pernah diasumsikan sebagai anggota Badan Intelijen Negara (BIN) yang merupakan agen mata-mata terbesar di Indonesia.
Munir kala itu dibunuh oleh Pollycarpus di sebuah pesawat milik negeri, siapa lagi kalau bukan Garuda Indonesia. Munir meninggal saat perjalanannya menuju ke Amsterdam, Belanda pada tanggal 7 September 2004. Munir adalah seorang aktivis HAM yang sangat vokal, Ia selalu berada di garda terdepan dan memberontak aturan pemerintah yang tengah memuaskan hastrat dunianya.
Berpaling dari itu semua, pemberontak sangat amat diperlukan dalam suatu negara maupun komunitas, karena dengan adanya pemberontak, suatu negara dapat memperbaiki kualitasnya. Aspirasi dan pendapat dari para pemberontak yang disebut oposisi pemerintah sangatlah berarti untuk menunjang kelangsungan suatu negara.
Mestinya kita patut bangga, kepada siapa? PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Karena mereka merupakan satu-satunya partai yang berani menjadi pemberontak dalam pemerintah. Walau selalu diisukan miring oleh media berkaitan partai PKS yang kontra-pemerintah. PKS selalu berada di barisan terdepan demi memberontak peraturan pemerintah yang melenceng dari pedoman UUD.
Kesimpulan yang bisa kita ambil disini ialah Pemberontak tak selalu orang jahat yang membawa senjata dan pisau belati. Pemberontak bukanlah mereka yang menggunakan pakaian hitam lengkap dengan penutup wajah dan topi baja. Pemberontak adalah jiwa-jiwa yang tak terima jika ada penguasa yang tidak adil.
Mereka kontra terhadap penguasa terutama para kapitalis yang selalu menindas rakyat kecil demi kepentingan suatu golongan. Meski di-cap buruk, pemberontak akan selalu dimanapun dan kapanpun, termasuk di sekolah. Siswa yang terkadang menantang peraturan sekolah bisa jadi cikal bakal pemberontak.
Bukan karena siswa tersebut yang bermasalah namun peraturan yang dibuat sekolahlah yang bermasalah, misalnya setiap siswa harus mendapat nilai 100 atau diberikan hukuman jika tidak memenuhi itu. Tentu ini bukanlah peraturan yang logis dan harus dilawan. Kita harus percaya bahwa tak ada yang sempurna. Sehingga bersyukurlah ketika mendapat nilai apa adanya akan tetapi nilai itu hasil keringat otak kita sendiri.
Terakhir, jiwa muda adalah jiwanya para remaja, pemberontakan itu terkadang baik jika kita arahkan ke sumbu positif. Tapi, pemberontakan juga akan menjadi salah dan menimbulkan kiamat jika kita mengacu kepada kepentingan golongan kita sendiri. Ingatlah, keadilan untuk semua orang, jangan pernah takut jika kita benar. Menjadi muda pemberontak, mengkritik aturan yang tak adil demi keadilan untuk kita semua.